Senin, 19 Desember 2011

Rumah Tangga : Perjuangan Tak Kenal Masa

Memutuskan untuk berumahtangga itu artinya kita telah mengikatkan diri ke dalam perjanjian mulia dengan Dzat Yang Maha Menggenggam Jiwa.

Usia pernikahan kami baru 1 tahun 4 bulan, dengan masa pacaran yang hanya 3 bulan. Tapi kata siapa usia pernikahan muda selalu penuh warna ceria? Tidak, kami pun ‘pernah’ melewati masalah-masalah yang penuh airmata *lebay dikit* sepanjang perjalanan kami. Saat saya sakit dan terpaksa bersahabat dengan Rumah Sakit, itu masa-masa menyedihkan. Saat saya kelimpungan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru yang ‘berbeda’ dengan lingkungan saya sebelumnya, itu pun juga masa-masa sulit. Saat suami mengalami ‘gegar status’ dari bujang gaul menuju suami yang baik luar biasa, itu pun penuh kerikil tajam. Saat saya harus mahir mengatur keuangan dan mengurangi ke-compulsive buyer-an seperti masa-masa gadis, itu pun perjuangan yang cukup bikin dongkol *hehehe*. Yaa...kami bersyukur dengan apa yang pernah dan akan kami lewati ke depan nanti.

Rumah tangga memang perjuangan luar biasa. Rumah tangga adalah perjuangan yang tidak mengenal masa. Perjuangan sepanjang hayat. Perjuangan yang penuh cinta. Bagaimana tidak, setiap harinya pasti kita akan bertemu dengan hal-hal baru dari pasangan yang mungkin pada awalnya terasa mengejutkan. Tidak rapi saat mengambil baju di lemari, lupa menaruh handuk, meletakkan koran sembarangan, tidak cuci kaki saat hendak tidur, asyik di depan TV atau blackberry tanpa menghiraukan pasangan...sepertinya menjadi hal yang amat sangat menjengkelkan bagi kita pasangan pemula. Disinilah perjuangan itu dimulai. Itu baru masalah yang ‘ngga ada apa-apanya’, saya yakin buaaanyak masalah lain yang lebih besar stressor-nya dibanding hal-hal macam itu.

(Mungkin) ada banyak lawan jenis yang lebih menarik di luar sana. Lebih mapan, menarik secara fisik, baik...itu menurut kita. Jika kita tidak memperjuangkan hati dan rumahtangga kita, saya yakin tahap berikutnya adalah adanya upaya-upaya pembandingan antara ‘sosok luar’ itu dengan pasangan kita. Parahnya lagi jika berupaya untuk mendekati ‘sosok luar’ yang mempesona itu dan tidak sadar untuk semakin dekat dengan zina. Na’udzubillah...

Kami sedang memulai perjuangan kami. Kami sedang memperjuangkan cinta kami agar tetap berada dalam cinta Illahi. Kami sedang memperjuangkan masing-masing diri kami untuk tetap terikat dalam tali Alloh hingga di akhirat nanti. Kami sedang berjuang memperbaiki diri agar kelak siap menyambut dan mengasuh buah hati, mempersiapkan generasi rabbani yang takut akan Alloh, mengagumi Rasulullah, bertutur lembut dan berhati tulus, serta bermanfaat bagi umat.

“Ya Alloh...Ya Rabbana, kami serahkan cinta dan jiwa ini kepada-Mu. Tiada pintu yang akan kami ketuk selain pintu-Mu, tiada sesuatu yang akan kami perjuangkan semata-mata hanya demi ridho dan restu-Mu. Ya Alloh...jadikan langkah-langkah kecil kami sebagai perjalanan untuk menggapai tangga cinta-Mu. Jadikan pasangan kami sebagai jodoh yang Engkau pilihkan. Jangan biarkan kami terserak...kumpulkan kami di surgamu kelak. Karuniakan kepada kami putra-putri yang sholih-sholihah. Yang mencintai dan kami cintai. Jangan biarkan kami berputus asa dan tak lagi percaya terhadap doa-doa kami. Kami mencintai buah hati kami, bahkan sebelum Engkau amanahkan kepada kami. Sesungguhnya hanya Engkaulah Dzat Yang Maha Mengabulkan segala Pinta”

Jumat, 09 Desember 2011

Oleh-oleh Diklat Prajab

Sudah hampir 2 minggu di rumah pasca mengikuti diklat prajabatan, tapi seperti biasa baru sempat ngeposting hohoho. 17 hari yang tak terlupakan. Ada lucu-lucuan, ada serius-seriusan (ngga serius beneran dong hihi..), ada haru, ada bete...komplit gado-gado semua di sini. Entah kenapa waktu terasa sangat cepat saat diklat. Kita mulai kegiatan jam setengah 5. Kebayang dong ya, si dhita yang biasanya jam segitu masih mlungker harus udah dandan rapih buat aerobik. Otomatis jam 3, setengah 4 dini hari udah harus mandi. Pengen nangis kenceng deh awalnya. Tapiii....lama-lama udah terbiasa asik-asik aja tuh. 

Aerobik dan jalan jauh *bukan jogging lagi ah namanya -_- selesai jam 05.45, engga sempet mandi dong ya coz jam 6.15 udah ngumpul lagi di lapangan buat apel pagi. Alhasil tissue basah adalah teman baik sesudah olahraga pagi :)

Sarapan dimulai. Duduk siap grak, tanpa suara saat menyantap, kurangi dentingan sendok dan piring. Menunya sehat sih, ngga heran kalo teman-teman pada nambah berat badannya. Except me! gimana ngga sedih coba, lauknya ayam, telor...khawatir itu produk dari ayam suntikan *parno deh saya. Alhasil tiap dapat menu, teman sebelah yg dapet sampur buat ta hibahin ayam ato telor segede gaban itu hihihi

Kelar sarapan, langsung masuk kelas...full pelajaran dimulai dari jam 07.30 sampe kadang jam 20.00, selingan coffebreak, makam siang dan makan malam. Ngantuk di kelas itu wajar dan manusiawi, tidur di kelas pun acapkali termaafkan. Tapi suka geli kalau ingat nasehat salah satu binsuh di sana, "Boleh ngantuk, boleh tidur, tapi mata tidak boleh terpejam". Gimana caranya coba? Stock permen saya harus full buat ngurangi ngantuk saat di kelas.

Apel malam dimulai biasanya jam 20.15, tapi kadang penah juga sampe pukul 21.00 tergantung jadwal kegiatan pada hari itu. Ngantuk pasti, tapi sampe kamar belum bisa langsung tidur. Musti bikin resume materi dulu, masih harus mandi juga, masih ngerumpi juga sama temen sekamar. Jam 23.00 ke atas baru deh bisa pulasss

17 hari terlewati, harus nglewati ujian dulu. Sehari sebelum ujian padahal jadwal padaaaat, sempat kepikiran kaya mana harus belajar padahal materi seabreg, buku ngga pernah kebaca karena keburu ngantuk saat di kamar. Sistem Kebut Semalam jadi satu-satunya metode belajar yang paling yahud saat itu. Tapi rupanya cara itu gagal juga karena SAYA KETIDURAN! hiks...hiksss...panik, baru kebangun saat subuh, jadi total waktu belajar saya paling hanya kurang dari 2 jam. Modal bismillah dan doa mama,papa, ibu, bapak, juga suami adalah senjata terbaik saat itu. Agak panik sebenarnya saat suami bilang, "Ngawur sekali hon..masa belajar cuma dua jam kurang, dulu jamanku pada begadang loh belajarnya sampe pagi...pasti teman-temanmu juga udah pada begadang tuh belajarnya". Grrrrgh! Suamiku objektif sekali komentarnya...

Dag-dig-dug saat nunggu pengumuman kelulusan, apalagi ternyata eh ternyata...pengumumannya ditunda sampe esok pagi alias sebelum pelepasan pulang. Huwaaa, gimana kalo harus remidi coba. Sampe akhirnya si Bapak panitia Diklat mengumumkan siapa-siapa saja yang dapat peringkat di kelas. Aah, saya sih pasrah..peduli amat sama rangking, yang penting lulus tanpa remidi itu udah cukup. "Ada 70 orang lulus dengan predikat Baik Sekali, 39 lulus dengan predikat baik, dan 1 orang....." (Bapak itu diam menunda kalimatnya), deg-deg-deg jangan-jangan 1 itu ngga lulus *dasar su'udzon :p, si Bapak melanjutkan kalimatnya..."1 orang lulus dengan predikat Memuaskan serta meraih nilai tertinggi di antara satu senat 52,53 dan 54 ini". Teman-teman mulai riuh...Pengumuman dilanjutkan, kebetulan angkatan 52 yang notabene kelas saya berhasil meraih nilai rata-rata paling tinggi dari kelas lain...daaaan peringkat 1 dari angkatan 52 sekaligus lulusan satu-satunya dengan predikat Memuaskan adalah dari Badan PP dan KB Kabupaten Batang..teman-teman riuh menyebut nama saya. Respon saya? "Hellooo...ngga mungkin saya-lah, belajar aja kurang -_-". Ternyata benar, "Anindhita Setianingrum, S.Psi" sebut Bapak itu. Waaaah, alhamdulillahi Ya Alloh, masih diberi amanah untuk menyandang predikat itu. Gembira tentu. Yang jelas itu adalah oleh-oleh untuk orang rumah dan instansi.

eng..ing..eng, ini hasilnya :)

Puluhan sms dan bbm masuk ke hape saya mengucapkan selamat, sms dari kepala dinas, rekan kerja, mama papa, bapak ibu, dan suami saya yang objektif itu tentunya. Saya pikir, keobjektifan suami itu adalah caranya untuk melecut semangat saya dalam menghadapi tantangan (hihihi...luvyew much mas). Yang pasti ada banyaaak oleh-oleh yang lebih menarik daripada selembar surat kelulusan dengan predikat Memuaskan itu. Oleh-oleh saya yang lain adalah puluhan saudara dari berbagai daerah yang sangat hangat, nilai-nilai ke-positif-an selama diklat, badan yang lebih sehat (kata suami perut saya jadi slim selama prajab, badan juga lebih langsing hihihi), dan satu lagi....kulit yang lebih 'berwarna' (rajin upacara sih!). Alhamdulillaaah...nikmat mana lagi yang saya dustakan ya Alloh :)