Memutuskan untuk berumahtangga itu artinya kita telah mengikatkan diri ke dalam perjanjian mulia dengan Dzat Yang Maha Menggenggam Jiwa.
Usia pernikahan kami baru 1 tahun 4 bulan, dengan masa pacaran yang hanya 3 bulan. Tapi kata siapa usia pernikahan muda selalu penuh warna ceria? Tidak, kami pun ‘pernah’ melewati masalah-masalah yang penuh airmata *lebay dikit* sepanjang perjalanan kami. Saat saya sakit dan terpaksa bersahabat dengan Rumah Sakit, itu masa-masa menyedihkan. Saat saya kelimpungan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan baru yang ‘berbeda’ dengan lingkungan saya sebelumnya, itu pun juga masa-masa sulit. Saat suami mengalami ‘gegar status’ dari bujang gaul menuju suami yang baik luar biasa, itu pun penuh kerikil tajam. Saat saya harus mahir mengatur keuangan dan mengurangi ke-compulsive buyer-an seperti masa-masa gadis, itu pun perjuangan yang cukup bikin dongkol *hehehe*. Yaa...kami bersyukur dengan apa yang pernah dan akan kami lewati ke depan nanti.
Rumah tangga memang perjuangan luar biasa. Rumah tangga adalah perjuangan yang tidak mengenal masa. Perjuangan sepanjang hayat. Perjuangan yang penuh cinta. Bagaimana tidak, setiap harinya pasti kita akan bertemu dengan hal-hal baru dari pasangan yang mungkin pada awalnya terasa mengejutkan. Tidak rapi saat mengambil baju di lemari, lupa menaruh handuk, meletakkan koran sembarangan, tidak cuci kaki saat hendak tidur, asyik di depan TV atau blackberry tanpa menghiraukan pasangan...sepertinya menjadi hal yang amat sangat menjengkelkan bagi kita pasangan pemula. Disinilah perjuangan itu dimulai. Itu baru masalah yang ‘ngga ada apa-apanya’, saya yakin buaaanyak masalah lain yang lebih besar stressor-nya dibanding hal-hal macam itu.
(Mungkin) ada banyak lawan jenis yang lebih menarik di luar sana. Lebih mapan, menarik secara fisik, baik...itu menurut kita. Jika kita tidak memperjuangkan hati dan rumahtangga kita, saya yakin tahap berikutnya adalah adanya upaya-upaya pembandingan antara ‘sosok luar’ itu dengan pasangan kita. Parahnya lagi jika berupaya untuk mendekati ‘sosok luar’ yang mempesona itu dan tidak sadar untuk semakin dekat dengan zina. Na’udzubillah...
Kami sedang memulai perjuangan kami. Kami sedang memperjuangkan cinta kami agar tetap berada dalam cinta Illahi. Kami sedang memperjuangkan masing-masing diri kami untuk tetap terikat dalam tali Alloh hingga di akhirat nanti. Kami sedang berjuang memperbaiki diri agar kelak siap menyambut dan mengasuh buah hati, mempersiapkan generasi rabbani yang takut akan Alloh, mengagumi Rasulullah, bertutur lembut dan berhati tulus, serta bermanfaat bagi umat.
“Ya Alloh...Ya Rabbana, kami serahkan cinta dan jiwa ini kepada-Mu. Tiada pintu yang akan kami ketuk selain pintu-Mu, tiada sesuatu yang akan kami perjuangkan semata-mata hanya demi ridho dan restu-Mu. Ya Alloh...jadikan langkah-langkah kecil kami sebagai perjalanan untuk menggapai tangga cinta-Mu. Jadikan pasangan kami sebagai jodoh yang Engkau pilihkan. Jangan biarkan kami terserak...kumpulkan kami di surgamu kelak. Karuniakan kepada kami putra-putri yang sholih-sholihah. Yang mencintai dan kami cintai. Jangan biarkan kami berputus asa dan tak lagi percaya terhadap doa-doa kami. Kami mencintai buah hati kami, bahkan sebelum Engkau amanahkan kepada kami. Sesungguhnya hanya Engkaulah Dzat Yang Maha Mengabulkan segala Pinta”